SUDUTKATA.COM, SAMARINDA – Dugaan soal kualitas bahan bakar minyak (BBM) kembali mencuat di Kalimantan Timur (Kaltim). Menyikapi keluhan masyarakat, Anggota Komite II Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI, Yulianus Henock Sumual, melakukan inspeksi mendadak ke sejumlah bengkel kendaraan di Samarinda, Sabtu, 5 April 2025.
Langkah ini dilakukan setelah sebelumnya Henock menginspeksi beberapa Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di wilayah Kutai Kartanegara dan Kutai Barat. Ia juga mengambil sampel BBM jenis Pertamax dan Pertalite dari lokasi tersebut.
Namun, Henock menilai pengecekan di SPBU belum cukup untuk menjawab keluhan warga. “Kita tidak bisa hanya melihat dari sisi SPBU. Bengkel adalah tempat paling relevan untuk mengetahui dampak nyata BBM terhadap kendaraan,” ujarnya kepada wartawan.
Salah satu bengkel yang disambangi adalah Bengkel Arsea Motor di Jalan Glatik, Samarinda. Di sana, ia berdialog langsung dengan mekanik yang mengaku kerap menerima kendaraan rusak usai mengisi BBM tertentu. Keluhan paling umum antara lain kerusakan pada sistem injeksi bahan bakar, pompa bensin, hingga tangki yang harus dikuras karena kontaminasi.
Dalam sehari, ungkap para teknisi, bisa ada hingga 10 kendaraan masuk dengan gejala serupa—mesin tersendat hingga mati total setelah beberapa menit digunakan.
“Ini tidak bisa dibiarkan. Saya sudah ambil sampel BBM dari tangki kendaraan yang rusak. Ini akan kami bawa ke laboratorium untuk diuji,” kata Yulianus.
Sebelumnya, aparat kepolisian dari sejumlah polres di Kaltim memang telah melakukan pemeriksaan ke SPBU. Namun, sejauh ini tidak ditemukan kandungan air dalam tangki timbun. Temuan tersebut belum cukup menenangkan, mengingat laporan kerusakan kendaraan masih terus berdatangan.
Yulianus menegaskan, pengawasan mutu BBM harus dilakukan hingga ke tingkat distribusi akhir. Ia mendesak Pertamina untuk lebih ketat menjaga kualitas produk yang dijual ke masyarakat.
“Distribusi energi adalah layanan publik. Masyarakat tidak boleh menjadi korban karena kelalaian dalam rantai distribusi,” tegasnya.
Ia pun berharap hasil uji laboratorium nanti bisa menjadi dasar tindakan lebih lanjut, baik oleh Pertamina maupun otoritas pengawas sektor energi. (*)