SUDUTKATA.COM, SAMARINDA – Tindakan cepat dalam situasi darurat dapat menjadi penentu antara hidup dan mati. Menyadari pentingnya hal ini, Dinas Kesehatan Kota Samarinda menggelar pelatihan Bantuan Hidup Dasar (BHD) untuk membekali masyarakat dengan keterampilan menangani kegawatdaruratan medik.
Talkshow dan pelatihan ini berlangsung di Teras Samarinda, Jalan Gajah Mada, Selasa (19/11/2024), sebagai bagian dari peringatan Hari Kesehatan Nasional (HKN) ke-60.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Samarinda, Ismed Kosasih, menyampaikan bahwa tema HKN tahun ini, “Gerak Bersama, Sehat Bersama”, menekankan pentingnya kolaborasi lintas sektor.
“Masalah kesehatan tidak bisa diselesaikan hanya oleh tenaga medis. Diperlukan peran aktif masyarakat untuk bekerja sama demi kesehatan bersama,” ujarnya.
Ia menjelaskan bahwa pelatihan BHD sangat penting, mengingat kondisi seperti henti napas atau henti jantung (cardiac arrest) bisa terjadi kapan saja.
“BHD adalah keterampilan dasar yang harus dimiliki masyarakat, karena tenaga medis sering kali tidak berada di lokasi saat kejadian. Dengan memahami prinsip ini, nyawa seseorang bisa terselamatkan,” tegasnya.
Koordinator Doctor On Call, Bani Hakim Fiqrianto, yang juga menjadi narasumber, memberikan panduan langkah-langkah melakukan resusitasi jantung paru (RJP) dalam BHD.
BHD merupakan usaha awal untuk mengembalikan fungsi pernapasan atau sirkulasi pada seseorang yang mengalami henti napas atau henti jantung. Dalam situasi ini, waktu sangat krusial.
“Jika BHD dilakukan dalam waktu kurang dari satu menit, peluang keberhasilannya mencapai 98-100 persen. Namun, setelah empat menit, peluang itu menurun menjadi 50-100 persen, dan setelah 10 menit hanya tersisa 1-100 persen,” papar dr. Bani.
Ia juga menjelaskan langkah-langkah mendasar dalam melakukan BHD. Pertama, pastikan kondisi aman untuk diri sendiri, korban, dan lingkungan. Kedua, periksa respons korban dengan memanggil atau menepuk bagian tubuh, seperti pundak.
Selanjutnya, ketiga, hubungi layanan darurat di nomor 119. Keempat, periksa denyut nadi korban dan yang kelima jika tidak ada tanda pada denyut nadi, lakukan kompresi dada dengan kedalaman 5-6 sentimeter sebanyak 100-120 kali per menit, diselingi dengan pemberian bantuan pernapasan.
“Langkah ini dapat dilakukan tanpa alat khusus, baik secara individu maupun berkelompok. Yang terpenting adalah memahami dan mampu mengambil tindakan cepat di situasi darurat,” tambahnya.
Selain teori, peserta yang terdiri dari relawan, petugas puskesmas, Satpol PP, BPBD, Diskominfo, petugas kebersihan, hingga tenaga keamanan, diajak mempraktikkan langsung teknik BHD. Hal ini bertujuan agar masyarakat lebih siap menghadapi kondisi darurat kapan pun dan di mana pun.
“Ini adalah langkah kecil namun berdampak besar. Semakin banyak orang yang memahami BHD, semakin banyak nyawa yang bisa diselamatkan,” ungkap Bani.
Sesi praktik berlangsung interaktif, semua saling mencoba dan berdiskusi satu sama lain guna memastikan tindakan atau penanganan dilakukan dengan tepat.
Melalui kegiatan ini, Dinas Kesehatan Samarinda berharap masyarakat semakin tanggap dan peduli terhadap kondisi kegawatdaruratan medik, serta mampu menjadi garda terdepan dalam memberikan pertolongan pertama sebelum tenaga medis tiba.