Tambak Jenuh, Akmal Malik Dorong Silvofishery Jadi Solusi Perikanan dan Wisata Hijau di Balikpapan

Lahan Tambak Perikanan yang dipadukan dengan Penanaman Bibit Mangrove di Kawasan DEBOEKIT Riverside Resort Manggar Balikpapan. (Foto In)

SUDUTKATA.COM, BALIKPAPAN – Wakil Ketua Umum Stand Up Paddle Indonesia (SUP.ID), Akmal Malik, menilai sektor tambak perikanan di Indonesia tengah menghadapi tantangan serius akibat menurunnya kualitas lahan. Penggunaan pupuk kimia dan urea secara berlebihan selama puluhan tahun disebut menjadi faktor utama yang menyebabkan tanah tambak kehilangan kesuburan dan berdampak langsung pada produktivitas.

Menurut Akmal, kondisi tersebut sudah terjadi secara luas di berbagai daerah. Tanah tambak yang terus-menerus terpapar bahan kimia akhirnya mengalami degradasi, sehingga hasil perikanan dari tahun ke tahun semakin menurun. Ia menegaskan, tanpa perubahan pola pengelolaan, sektor tambak akan semakin sulit berkembang.

Sebagai upaya menjawab persoalan tersebut, Akmal bersama Pemerintah Kota Balikpapan memperkenalkan konsep silvofishery, yakni sistem budidaya perikanan yang dikombinasikan dengan penanaman mangrove. Model ini mengedepankan keseimbangan alam dengan memanfaatkan fungsi ekologis mangrove sebagai penyangga ekosistem perairan.

Ia menjelaskan, silvofishery merupakan pendekatan yang direkomendasikan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan serta Kementerian Kelautan dan Perikanan. Selain ramah lingkungan, sistem ini diyakini mampu memulihkan kualitas perairan tanpa ketergantungan pada bahan kimia.

Dalam penerapannya di kawasan Sungai Manggar, Balikpapan, mangrove tidak hanya berperan sebagai penyangga lingkungan, tetapi juga menjadi bagian dari strategi pemulihan produktivitas tambak. Akmal menyebut, pendekatan berbasis alam ini memungkinkan budidaya ikan dilakukan secara lebih berkelanjutan.

Menariknya, kawasan silvofishery tersebut tidak hanya difokuskan pada sektor perikanan. Pemerintah daerah juga mengembangkannya sebagai destinasi wisata berbasis edukasi dan lingkungan. Bahkan, sebelum resmi dibuka, konsep ini telah menarik minat daerah lain seperti Nusa Tenggara Barat, Jawa Timur, dan Yogyakarta untuk melakukan studi pembelajaran.

Ke depan, Pemkot Balikpapan berencana membuka wisata penanaman mangrove bagi pelajar dan wisatawan, baik domestik maupun mancanegara. Tahap awal pengembangan dilakukan di area seluas 10 hektare dengan dukungan sekitar 10 ribu bibit mangrove dari Kementerian Kelautan dan Perikanan.

Wisatawan nantinya akan diajak menyusuri sungai menggunakan perahu sebelum melakukan penanaman mangrove. Akmal menegaskan, aspek keselamatan juga menjadi perhatian utama dengan melibatkan Basarnas, Kepolisian Perairan, dan BPBD.

Ia berharap, silvofishery di Sungai Manggar dapat menjadi contoh pengembangan wisata hijau yang memadukan ekowisata, sport tourism, dan edukasi lingkungan, sekaligus memberikan kontribusi nyata bagi pemulihan ekosistem pesisir Indonesia. (In)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *